CianjurNewsFlash (CNF) - Warga RW 21 mengeluhkan air sungai yang mengalir di lingkungannya berbau dan berwarna. Diduga air sungai tersebut tercemar yang berasal dari Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) milik RSUD Cianjur. Aliran sungai yang diduga tercemar itu biasa digunakan warga sekitar untuk kebutuhan Mandi Cuci Kakus (MCK).
Warga mengatakan sudah sangat khawatir. "Warga sudah mengeluh gatal-gatal. Selain itu juga 90 kepala keluarga masih mengandalkan aliran sungai khawatir, karena kondisi air sungai mulai berbau dan berwarna." Demikian yang dikatakan oleh ketua RW 21, Kelurahan Bojongherang, Kecamatan Cianjur, Deni Mulyana, Jum'at (12/12/14).
Dirinya bersama warga telah beberapa kali menghadap pihak RSUD terkait tercemarnya air sungai tersebut, untuk mencari solusi. Namun belum ada tanggapan. "Jangankan untuk bertanggung jawab pada kondisi kesehatan warga, keluhan warga saja seperti tidak ditanggapi." tambahnya.
Dari awal warga mempertanyakan keamanan IPAL tersebut. Warga mengaku beberapa bulan dibuat memang tidak ada masalah, namun kemudian bocor dan belum ada tindakan. "Pihak RSUD Cianjur juga mengakui ada kerusakan di IPAL tapi sayang penanganannya lambat. Padahal kebutuhan air ini mendesak," tuturnya.
Pihak RSUD Cianjur sebelumnya memberikan jaminan kepada warga sekitar, jika terjadi gangguan kesehatan akibat IPAL. Jika terus tak ada tanggapan, warga siap membawa masalah ini hingga ke tingkat Kabupaten Cianjur. Pasalnya, untuk memenuhi kebutuhan MCK warga hanya mengandalkan aliran sungai tersebut.
Secara terpisah, Koordinator Keselematan dan Kesehatan Kerja RSUD Cianjur, Yayat Wahdiyat membenarkan jika beberapa waktu terakhir ada kerusakan pada IPAL. Namun dirinya mengaku sudah memperbaiki kerusakan tersebut sehingga IPAL sudah kembali normal. "Tapi kalau masih ada bau itu mungkin pembuangan sisa yang belum terbuang seluruhnya. Kemarin juga pas rusak langsung kami perbaiki, tapi memang menunggu perbaikan di Jakartanya," jelas Yayat.
Yayat menjelaskan bahwa, pengelolaan limbah di RSUD Cianjur sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebelum dibuang, limbah yang ada telah melalui tiga tahap pengolahan dan ozonisasi. Selain itu ada juga kolam ikan yang menjadi indikator layak atau tidaknya limbah itu dibuang. "Kami sengaja menanam ikan yang lemah seperti ikan mas, dan ikannya baik-baik saja," jelasnya. (FI/ferrycia)
No comments:
Post a Comment