CianjurNewsFlash (CNF) - Geco
merupakan salah satu makanan khas Cianjur dengan rasanya yang enak dan
gurih, tentu saja diminati oleh masyarakat. Asal nama geco merupakan
singkatan dari toge (kecambah) dengan tauco yang merupakan makanan ciri
asli kota Cianjur.
Meski sebagai makanan khas Cianjur namun keberadaan dari jenis kuliner ini tinggal hanya di satu tempat yaitu di kawasan Cianjur kota saja.
Pak Iding (57), penjual geco yang kesehariannya mangkal di kawasan jln Siti Jenab. Dirinya merupakan generasi ke 2, melanjutkan usaha orang tua. Dulunya sekitar tahun 1949 jualan geco dijajakan dengan menggunakan pikulan oleh Abdurahman (orang tuanya) di sekitar kawasan kantor pemda. Namun sejak 1981, mencoba mangkal di kawasan Siti Jenab. Setelah orang tuanya meninggal tahun 2001, usaha ini dilanjutkan karena merasa sayang dan tidak ada yang meneruskan serta banyak yang bertanya-tanya kepadanya.
Tempat tinggal pak Iding tidak jauh dari tempat dia mangkal yaitu di kawasan pamoyanan Rt 01/17. Dalam sehari pak Iding mengaku bisa menjual sampai 100 piring dengan menghabiskan 5 kilo toge, 2 kilo
mi, 60 ketupat, telor dan 1 panci tauco.
Harganya cukup terjangkau. Untuk satu piring geco dihargai Rp 9000 dengan menyertakan telor dan Rp 7000 tanpa telor. Jam bukanya dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, dengan pendapatan sehari Rp 400.000.
Penikmat geco ini tentu tidak hanya dari kota Cianjur saja tapi juga dari luar Cianjur. Mulai dari kalangan anak-anak juga orang tua.
Meski sebagai makanan khas Cianjur namun keberadaan dari jenis kuliner ini tinggal hanya di satu tempat yaitu di kawasan Cianjur kota saja.
Pak Iding (57), penjual geco yang kesehariannya mangkal di kawasan jln Siti Jenab. Dirinya merupakan generasi ke 2, melanjutkan usaha orang tua. Dulunya sekitar tahun 1949 jualan geco dijajakan dengan menggunakan pikulan oleh Abdurahman (orang tuanya) di sekitar kawasan kantor pemda. Namun sejak 1981, mencoba mangkal di kawasan Siti Jenab. Setelah orang tuanya meninggal tahun 2001, usaha ini dilanjutkan karena merasa sayang dan tidak ada yang meneruskan serta banyak yang bertanya-tanya kepadanya.
Tempat tinggal pak Iding tidak jauh dari tempat dia mangkal yaitu di kawasan pamoyanan Rt 01/17. Dalam sehari pak Iding mengaku bisa menjual sampai 100 piring dengan menghabiskan 5 kilo toge, 2 kilo
mi, 60 ketupat, telor dan 1 panci tauco.
Harganya cukup terjangkau. Untuk satu piring geco dihargai Rp 9000 dengan menyertakan telor dan Rp 7000 tanpa telor. Jam bukanya dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore, dengan pendapatan sehari Rp 400.000.
Penikmat geco ini tentu tidak hanya dari kota Cianjur saja tapi juga dari luar Cianjur. Mulai dari kalangan anak-anak juga orang tua.
Seperti halnya Suroyo, bapak asal Cugenang Cianjur yang merupakan
pensiunan pegawai negeri ini mengaku sejak kecil sampai sekarang
menyukai makanan berbumbu khas yang disertai siraman tauco. Seminggu
sekali dirinya menyempatkan untuk menikmati kuliner khas Cianjur. "kalau
tidak makan geco, suka penasaran dan pasti mencoba"
Demikian juga dengan pelanggan lainnya, ibu Lis. "Lebih lengkap lagi dimakannya dengan krupuk pasti ma nyus" ujarnya.
Di Cianjur sendiri dulunya banyak yang jualan geco namun sayang, dari sekian orang penjual ternyata tidak ada yang meneruskan. (FI)
Demikian juga dengan pelanggan lainnya, ibu Lis. "Lebih lengkap lagi dimakannya dengan krupuk pasti ma nyus" ujarnya.
Di Cianjur sendiri dulunya banyak yang jualan geco namun sayang, dari sekian orang penjual ternyata tidak ada yang meneruskan. (FI)
No comments:
Post a Comment