CianjurNewsFlash (CNF) - Perilaku menjaga kesehatan
serta pola hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat yang masih sangat rendah
menjadi kendala dalam pemberantasan penyebaran DBD, yang diakibatkan nyamuk
Aedes Aegepty yang memiliki sifat pembawa (carrier).
Sedikitnya terdapat empat kecamatan di Kabupaten
Cianjur merupakan wilayah endemik penyebaran demam berdarah dengue (DBD).
Kepadatan penduduk dan tingkat mobilitas yang tinggi menjadi
pemicunya.
“Hampir setiap tahun, kasus DBD selalu ditemukan di
Kecamatan Cianjur, Karangtengah, Ciranjang, dan Cilaku. Apalagi jika melihat
kondisi cuaca saat ini yang masih sangat ekstrem.” Demikian yang dikemukakan
oleh Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
(P2MPL) Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Agus Haris, Selasa
(20/5/14).
Agus menambahkan bahwa yang paling banyak terdapat di
Kecamatan Cianjur yaitu 15 kasus, kemudian Kecamatan Karangtengah sebanyak 14
kasus, dari Kecamatan Ciranjang sebanyak 5 kasus, dan dari Cilaku (Puskesmas
Sukasari) sebanyak dua kasus.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan yang diperoleh
dari tiap puskesmas, sejak Januari hingga April 2014, jumlah DBD tercatat
sebanyak 47 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, hampir separuhnya berasal dari
empat kecamatan yang endemik DBD.
Meski dilakukan fooging (pengasapan), namun hal
tersebut bukan solusi utama memberantas penyebaran wabah DBD. Yang diperlukan
sebetulnya adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara rutin
yaitu dengan pola 3 M yaitu, menutup, menguras, dan mengubur.
(FI)

No comments:
Post a Comment